Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
loading...

Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara: Pendiri, Lokasi, Keruntuhan dan Peninggalan

Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara: Pendiri, Lokasi, Keruntuhan dan Peninggalan

Kerajaan Tarumanegara atau Taruma merupakan sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau jawa sekitar abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma menjadi salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dilihat dari sumber catatan sejarah dan peninggalan artefak reruntuhan di sekitar lokasi kerajaan, diketahui bahwa pada masa itu Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.


Kata Tarumanegara diambil dari kata Taruma dan Nagara. Nagara memiliki arti kerajaan atau negara, sedangkan Taruma diambil dari kata Tarum yang berarti sungai yang membelah Jawa Barat yakni Citarum. Dibagian muara Citarum dapat ditemukan percandian yang diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan Taruma.

A. Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara

Bila dilihat dari catatan sejarah atau prasasti yang ada, tidak ada penjelasan atau catatan yang pasti mengenai siapakah yang pertama kalinya mendirikan kerajaan Tarumanegara. Namun, ada seorang Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah yakni Purnawarman.

Di tahun 417 ia memerintahkan panggilan Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak sekitar 11 Km. Setelah penggalian selesai, sang prabu merayakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.

Bukti adanya Kerajaan Tarumanegara bisa diketahui dari tujuh buah batu prasasti yang ditemukan. Lima prasasti ditemukan di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dalam prasasti-prasasti ini tertulis bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingwarman dari tahun 358 hingga 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingwarman diketahui ada di sekitar seungai Gomati wilayah Bekasi.

Tarumanegara
358-669 M
Peta Wilayah Tarumanagara
Peta Wilayah Tarumanagara
Ibu KotaSundapura (dekat Tugu dan Bekasi)
BahasaSunda, Sansekerta
AgamaHindu, Buddha, Sunda Wiwitan, Animisme
Bentuk PemerintahanMonarki
PendahuluSalakanagara
PenggantiKerajaan Sunda

1. Tujuh Prasati

Ketujuh Prasasti yang ditemukan adalah:

a. Prasasti Kebon Kopi

Dikeluarkan sekitar tahun 400 M (H Kern, 1917), prasasti ini ditemukan di perkebunan kopi milij Jonathan Rig, Ciampea, Bogor.

b. Prasasti Tugu

Ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, dan saat ini disimpan di museum Jakarta. prasasti ini berisi tentang penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak sekitar 12 Km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya. Tujuan digalinya sungai tersebut adalah sebagai bentuk gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir, dan kekeringan yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman.

c. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul

Ditemukan di aliran Sungai Cidanghiyang di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banteng. Prasasti ini berisi tentang pujuan kepada Raja Purnawarman.

d. Prasasti Ciaruteun atau Prasasti Ciampea

Ditemukan tidak jauh dari sungai Ci Sadane, Bogor. Kemudian, ditahun 1981 prasasti ini dipindahkan ke dalam cungkup. Prasasti ditulis dengan huruf aksara Palawa dan berbahsa Sansekerta. Isi dari prasasti ini adalah puisi empat baris yang berbunyi:
vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam
Terjemahannya menurut Vogel:
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.

Selain itu, ada juga gambar sepasang telapak kaki yang menunjukkan tanda kekuasaan, dan fungsinya sama dengan tanda tangan pada saat ini.  Dengan adanya prasasti Purnawarman di kampung itu membuktikan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.

e. Prasasti Muara Cianten atau prasasti Pasir Muara

Ditemukan di tepi sungai Cisadane dekat muara Cianten, Ciampea, Bogor. Pada prasasti tertulis:
ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda

Terjemahannya menurut Bosch:
Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.

Karena angka tahunnya bercoarak “sangkala” dan mengikuti aturan “angkanam vamato gatih” (angka dibaca dari kanan), maka diperkirakan prasasti ini dibuat pada tahun 458 saka atau 536 M.

f. Prasasti Jambu  atau Pasir Kolengkak

Ditemukan di daerah perkebunan jambu sekitar 30 Km sebelah barat Bogor. Pada prasasti terdapat ukiran sepasang telapak kali yang diberi keterangan berupa puisi dua baris yang berbunyi:

shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.

Terjemahannya menurut Vogel:
Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.

g. Prasasti Pasir Awi

Ditemukan di lereng selatan bukit pasir awi di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur, Bogor.

2. Sumber Sejarah dari Luar Negeri

Sumber-sumber sejarah dari luar negeri tentang adanya kerajaan Tarumanegara, semuanya berasal dari berita Tiongkok. Berikut beberpa berita tiongkok tersebut:

a. Berita Fa Hien 

Pada tahun 414 M, di dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi diceritakan bahwa Ye-po-ti (“Jawadwipa”) hanya sedikit ditemukan orang-orang yang beragama Buddha, lebih banyak orang-orang yang beragama Hindu dan Animisme.

Ye-Po-Ti sering dianggap sebagai sebutan Fa Hien untuk Jawadipa, namun ada pendapat berbeda yang menunjukkan bahwa Ye-Po-Ti adalah Way Seputih di Lampung, di daerah alirah sungai seputih ditemukan bukti-bukti peninggalan kerajaan kuno berupa punden berundak dan lainnya yang sekarang terletak di taman purbakala Pugung Raharjo.

Walaupun Pugung Raharjo kini terletak puluhan kilometer dari pantai tapi tidak jauh dari situs ditemukan batu-batu karang yang menunjukan daerah tersebut dulu adalah daerah pantai perisi dengan penuturan Fa Hien.

b. Berita Dinasti Sui, 

diceritakan kalau tahun 582 dan 535 sudah datang utusan dari To-lo-mo (Taruma) yang terletak di sebelah selatan.

c. Berita Dinasti Tang, 

diceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari To-lo-mo (Taruma).

Dari ketiga sumber berita luar negeri diatas, dapat disimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis atau penyesuaian kata-katanya sama dengan Taruma atau Tarumanegara. Oleh karena itu, berdasarkan sumber-sumber yang sudah diuraikan di atas dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang tarumanegara.

Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berdiri antara tahun 400-600 M. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan dapat diketahui bahwa raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Berdasarkan isi prasasti Tugu, wilayah kekuasaan Purnawarman meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon.

3. Naskah Wangsakerta

Sumber yang paling jelas tentang Tarumanegara ada pada Naskah Wangsakerta. Namun, naskah ini mengandung polemik sehingga banyak pakar sejarah yang meragukan naskah-naskah ini dapat dijadikan rujukan sejarah.

Berdasarkan naskah Wangsakerta dari Cirebon ini, Tarumanegara didirikan pada tahun 358 M oleh Rajadirajaguru Jayasingwarman. Kemudian, beliau digantikan oleh putranya yang bernama Dharmayawarman (385-395 M). Jayasingwarman dimakamkan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya dimakamkan di tepi kali Candrabaga.

Maharaja Purnawarman merupakan raja Tarumanegara yang ketiga (395-434 M). Beliau membangun ibu kota kerajaan yang baru di dekat pantai pada tahun 397 M. Ibu kota tersebut diberi nama Sundapura, ini pertama kalinya nama “sunda” dipakai.

Dalam prasasti Pasir Muara tertulis peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda pada tahun 536 M. Pada tahun itu yang menjadi penguasa Tarumanegara adalah Suryawarman (535-561 M). Pustaka Jawadwipa, parwa I, sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan penjelasan bahwa dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah dari Suryawarman. Banyak pengusa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya kepada Tarumanegara. Ditelusuri dari segi ini, maka Suryawarman meneruskan politik ayahnya.

Rakeyan Juru Pengambat yang tertulis dalam prasasti Pasir Muara mungkin seorang pejabat tinggi Tarumanegara, sebelum menjadi wakil raja ia pernah menjadi pimpinan pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum pasti adalah mengapa prasasti mengenai pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu ada disana? Apakah daerah itu adalah pusat kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang masuk kedalam kawasan Kerajaan Sunda?

Sumber-sumber prasasti memberikan penjelasan bahwa Purnawarman berhasil menaklukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang menerangkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda. Dalam pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 halaman 159-162 menjelaskan bahwa dibawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) hingga ke Purwalingga (Porbolinggo) di Jawa Tengah. Cipamali atau Kali Brebes memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.

Adanya prasasti Purnawarman di Pasir Muara yang menceritakan Raja Sunda dalam tahun 536 M, adalah sinyal bahwa ibu kota Sundapura sudah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanegara sudah dipindahkan ke tempat lain. Hal serupa bisa dilihat dari kedudukan Rajatapura atau Salakanagara (kota perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus pada tahun 150 M. Kota ini menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (Dewawarman I-VIII) sampai tahun 362.

Saat ibu kota pemerintahan dialihkan dari Rajatapura ke Tarumanegara, maka Salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingwarman pendiri Kerajaan Tarumanegara merupakan menantu dari Raja Dewawarman VIII, ia seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan dikalahkan oleh Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.

Tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya, Suryawarman juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Pada tahun 526 M, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya tinggal bersama kakeknya di ibu kota Tarumanegara dan kemudian menjadi panglima Angkatan Perang Tarumanegara. Daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh pada tahun 612 M.

Tarumanegara hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja saja. Pada tahun 669 M, Linggawarman menjadi raja terakhir yang kemudian digantikan menantunya Tarusbawa. Linggawarman memiliki dua orang puteri, yang sulung bermana Manasih, dia menjadi istri Tarusbawa dari Sunda, yang kedua bernama Sobakancana menjadi istri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kerajaan Tarumanegara jatuh ketangan menantunya dari putri sulungnya, yakni Tarusbawa.

Kejayaan Tarumanegara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa lebih memilih untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yakni Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanegara. Dengan pengalihan kekuasaan ke Sunda, hanya Galuh yang tidak setuju dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanegara.

B. Pendiri Kerajaan Tarumanegara

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, kalau pendiri kerajaan Tarumanegara masih belum jelas dan masih dipertanyakan. Satu-satunya sumber sejarah yang secara lengkap membahas tentang Taruma adalah Naskah Wangsakerta. Sayangnya, naskah ini masih menjadi perdebatan para sejarawan tentang keaslian isinya.

Jika diambil berdasarkan Naskah Wangsakerta, pasa abad ke-4 M, beberapa pulau di Nusantara didatangi oleh sejumlah pengungsi dari India yang mencari tempat perlindungan akibat peperangan besar disana. Para pengungsi pada umumnya berasal dari daerah Kerajaan Pallawa dan Calankayana di India,  mereka kalah dalam peperangan melawan Kerajaan Samudragupta di India.

Salah satu pemimpin rombongan pengungsi Calankayana bernama Jayasingwarman. Setelah mendapat restu dari raja yang berkuasa di jawa barat (Dewawarman VIII, Raja Salakanagara), maka Jayasingwarman mendirikan tempat pemukiman baru di dekat sungai Citarum. Pemukiman ini diberi nama Tarumadesya (desa Taruma) oleh Jayasingwarman. Jayasingwarman sekaligus menjadi menantu dari Dewawarman VIII, hal ini membuatnya mudah dalam membangun desa.

Seiring perkembangannya, desa itu mulai banyak didatangi oleh penduduk desa lain, sehingga Taruma menjadi besar. Berawal dari wilayah setingkat desa kemudian berkembang menjadi setingkat kota (Nagara). Melihat perkembangan yang pesat, Jayasingwarman kemudian mendirikan sebuah kerajaan yang bernama Tarumanegara.

C. Raja-raja Tarumanegara menurut Naskah Wangsakerta

Dari abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi, kerajaan tarumanegara pernah dipimpin oleh 12 orang raja. Raja-raja ini diambil dari silsilah keturunan keluarga kerajaan, berikut adalah 12 raja tersebut:
  1. Jayasingawarman 358-382
  2. Dharmayawarman  382-395
  3. Purnawarman 395-434
  4. Wisnuwarman 434-455
  5. Indrawarman 455-515
  6. Candrawarman  515-535
  7. Suryawarman 535-561
  8. Kertawarman 561-628
  9. Sudhawarman 628-639
  10. Hariwangsawarman  639-640
  11. Nagajayawarman  640-666
  12. Linggawarman  666-669

D. Lokasi Kerajaan Tarumanegara


Lokasi Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara terletak di wilayah barat pulau jawa dekat selat sunda. Wilayah kekuasaan kerajaan semakin meluas pada masa pemerintahan Purnawarman, hal ini tertulis pada prasasti Tugu meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.

E. Aspek Kehidupan pada Masa Kerajaan Tarumanegara


1. Kehidupan Politik

Menurut pada Naskah Wangsakerta, sumber-sumber prasasti memberikan penjelasan bahwa Purnawarman berhasil menaklukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang menerangkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda.

Dalam pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 halaman 159-162 menjelaskan bahwa dibawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) hingga ke Purwalingga (Porbolinggo) di Jawa Tengah. Cipamali atau Kali Brebes memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.

Kemudian pada masa Suryawarman, Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Contohnya pada tahun 526 M, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut.

2. Kehidupan Ekonomi


Kehidupan Ekonomi

Untuk roda perekonomian pada masa itu, mayoritas masyarakat Tarumanegara berprofesi sebagai peternak dan petani. Selain itu, masyarakat juga sudah melakukan perdagangan atau jual-beli karena lokasinya dekat dengan selat sunda. Jika ditelusuri lebih dalam lagi pada prasasti Tugu, penggalian sungai sepanjang 6112 tombak ditujukan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

3. Kehidupan Agama

Agama yang berkembang dan diakui di Kerajaan Tarumanegara adalah agama Hindu. Agama Hindu yang berkembang di daerah Taruma adalah Hindu Waesnawa atau Hindu Wisnu. Hal ini terbukti dengan adanya jejak kaki Purnawarman dalam prasasti Ciaruten yang dianggap sebagai jelmaan Dewa Wisnu.

Dewa Wisnu dianggap sebagai dewa tertinggi dalam agama hindu wisnu. Ajaran Hindu Wisnu ini hanya berkembang di wilayah keluarga istana serta keluarga besar kerabat kerajaan, sedangkan masyarakat Tarumanegara sebagian besar menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.

Sedangkan menurut sumber sejarah dari berita luar negeri, yakni berita Fa Hien tahun 414 M. Dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya animisme).

4. Kehidupan Sosial dan Budaya

Kehidupan sosial pada masa pemerintahan Raja Purnawarman sudah tersusun rapi dan harmonis. Purnawarman sangat memerhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting. Selain itu, beliau juga memerhatikan rakyatnya yang berbeda pandangan agama.

Dalam bidang budaya, kerajaan Tarumanegara bisa dibilang sudah tinggi. Hal ini terbukti dengan teknik dan cara penulisan huruf-huruf pada prasasti yang ditemukan. Untuk masa itu, kebudayaan masyarakat sudah tergolong maju.

G. Kejayaan Kerajaan Tarumanegara

Seperti yang disebutkan didalam prasasti dan sumber sejarah yang ada, bahwa ada seorang raja yang sangat terkenal bernama Purnawarman. Pada masa pemerintahannya kerajaan Taruma mencapai puncak kejayaan, ia berhasil memperluas kerajaan dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada disekitarnya. Diperkirakan luas kerajaan Tarumanegara hampir sama dengan luas daerah Jawa Barat saat ini.

Selain itu, raja Purnawarman membuat pustaka berbentuk undang-undang kerajaan, peraturan angkatan perang, strategi perang, dan silsilah dinasti Warman. Purnawarman dikenal sebagai raja yang kuat dan bijaksana pada rakyatnya. Banyaknya ditemukan nama purnawarman pada prasasti membuktikan kekuasaan yang besar, bahkan dia dianggap sebagai jelmaan Dewa Wisnu.

H. Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara


Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Taruma mengalami keruntuhan pada masa pemerintahan raja ke 12 yakni Linggawarman. Linggawarman diketahui memiliki dua orang puteri, putri pertamanya bernama Manasih yang menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, putri keduanya bernama Sobakencana menjadi istri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kerajaan Tarumanegara jatuh ketangan menantu dari putri sulungnya, yakni Tarusbawa.

Kejayaan Tarumanegara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa lebih memilih untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yakni Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanegara. Dengan pengalihan kekuasaan ke Sunda, hanya Galuh yang tidak setuju dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanegara.

I. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Setiap kerajaan yang pernah berdiri pastilah meninggalkan jejak sejarah sebagai bukti adanya peradaban tersebut. Diatas sudah kita jelaskan mengenai sumber sejarah kerajaan tarumanegara, dimana sumber sejarah tersebut didapat dari prasasti-prasasti. Nah, prasasti diatas sekaligus menjadi peninggalan kerajaan tarumanegara.

Dibawah ini akan kita bahas secara singkat dan disertai gambar prasasti untuk melengkapi penjelsan diatas. Lantas apa saja peninggalan kerajaan Tarumanegara? Berikut 7 prasasti peninggalan kerajaan Taruma:

1. Prasasti Ciaruteun


Prasasti Ciaruteun

Dinamakan prasasti Ciaruteun karena ditemuka di tepian sungai Ciarunteun, Bogor. Prasasti ini berisi tentang kedudukan Purnawarman yang dianggap jelmaan Dewa Wisnu. Selain itu, pada prasasti terdapat jejak kaki dan 4 baris puisi yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.

2. Prasasti Kebun Kopi atau Prasasti Telapak Kaki Gajah


Prasasti Kebun Kopi atau Prasasti Telapak Kaki Gajah

Prasasti ini ditemukan di dekat kebun kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor. Pada prasasati terdapat sepasang jejak kaki gajah yang identik dengan gajah Airwata, yakni gajah tunggangan Dewa Wisnu. Prasasti ditulis dengan huruf pallawa dan bahsa sansekerta.

3. Prasasti Tugu


Prasasti Tugu

Ditemukan di Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Pada prasasti terdapat 5 baris puisi yang ditulis dengan aksara pallawa dan bahasa sansekerta. Prasasti ini menceritakan tentang penggalian sungai Gomati dan Chandrabaga sepanjang 6112 tombak pada masa Purnawarman. Prasasti ini sekarang sudah disimpan di Museum Nasional Indonesia.

4. Prasasti Jambu 


Prasasti Jambu

Prasasti ini ditemukan di puncak bukit Koleangkak, Desa Pasir Ginting, Kecamatan Leuwiliang, Bogor. Pada prasasti terdapat sepasang telapak kaki dan dua baris puisi yang ditulis dengan aksara pallawa dan bahasa sansekerta. Prasasti ini bercerita tentang puji-pujian kepada raja Purnawarman.

5. Prasasti Muara Cianten 


Prasasti Muara Cianten

Prasasti ini ditemukan di tepian sungai Cisadane dekat dengan Muara Cianten, prasasti ini dikenal juga dengan nama prasasti Pasir Muara. Ukuran prasasti ini cukup besar dan tulisannya belum bisa dibaca karena sudah tidak jelas.

6. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul


Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul

Ditemukan di dekat aliran sungai Cidanghiyang, kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1947  dan berisi tentang puji-pujian kepada Raja Purnawarman.

7. Prasasti Pasir Awi atau Prasasti Cemperai

Prasasti ini ditemukan di lereng selatan bukit Pasir Awi, citeurep, Bogor. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1867. Prasasti ini berisi pahatan gambar dahan, ranting, dedaunan, buah-buahan, dan simbol-simbol lainnya serta sepasang telapak kaki.

Dilihat dari 7 prasasti diatas dapat kita simpulkan, bahwa kebanyakan terdapat jejak kaki. Jejak kaki ini menurut para sejarawan sama dengan tanda tangan seperti yang kita gunakan saat ini sebagai pengesahan. Kemudian, prasasti ditulis menggunakan aksara Pallawa (india) dan bahasa sansekerta.

Peninggalan-peninggalan kerajaan Tarumanegara ini haruslah kita lestarikan. Jangan sampai peninggalan ini hanya menjadi cerita belaka untuk masa yang akan datang. Biarlah prasasti ini menjadi jejak sejarah perjalanan di Nusantara ini.

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai kerajaan Tarumanegara, mulai dari sumber sejarah, pendiri, lokasi, kehidupan, kejayaan, keruntuhan hingga peninggalannya. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan membantu kegiatan belajar kalian semua. Terimakasih sudah berkunjung.

Post a Comment for "Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara: Pendiri, Lokasi, Keruntuhan dan Peninggalan"

loading...
loading...
loading...